Oleh : Rivka Mayangasari*)
 
Di tengah dinamika global yang semakin kompleks dan potensi pelemahan ekonomi dunia, Indonesia justru menunjukkan sinyal ketahanan dan optimisme yang kuat. Hal ini tidak lepas dari kehadiran sosok Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang dinilai berhasil membawa angin segar bagi dunia investasi dan diplomasi ekonomi Indonesia. Fenomena ini dikenal luas sebagai “Prabowo Effect”—sebuah istilah yang merujuk pada meningkatnya minat dan kepercayaan investor terhadap Indonesia sebagai dampak langsung dari kepemimpinan dan pendekatan strategis Presiden Prabowo di panggung internasional.
 
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Transformasi Teknologi dan Digital, Teguh Anantawikrama, menyoroti bahwa kehadiran Presiden Prabowo bersama delegasi Kadin dalam berbagai forum internasional telah memberikan dampak nyata yang sangat positif terhadap persepsi global atas Indonesia. Menurutnya, citra Indonesia sebagai negara yang terbuka, kolaboratif, dan serius dalam membangun kerja sama strategis semakin diperkuat oleh komunikasi aktif Presiden Prabowo dengan para pemimpin dunia serta pelaku usaha global.
 
Teguh menyampaikan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Presiden Prabowo bukan semata-mata ditujukan untuk pencitraan, melainkan memberikan efek luar biasa yang dirasakan langsung oleh negara-negara mitra. Ia mengungkapkan bahwa para mitra internasional mulai melihat keseriusan Indonesia dalam membangun kolaborasi lintas sektor.
 
Ia juga menjelaskan bahwa dalam empat bulan pertama tahun 2025, nilai komitmen investasi asing langsung (FDI) yang masuk ke Indonesia mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Menurutnya, capaian tersebut merupakan bukti bahwa strategi diplomasi ekonomi yang dijalankan Presiden Prabowo berhasil membangun tingkat kepercayaan internasional yang signifikan. Selain itu, faktor pendorong lainnya adalah potensi ekonomi Indonesia yang besar serta komitmen pemerintah dalam membuka ruang kerja sama secara luas.
 
Teguh menambahkan bahwa figur Prabowo Subianto sendiri menjadi salah satu alasan utama meningkatnya kepercayaan internasional. Menurutnya, latar belakang Prabowo yang kuat dalam bidang pertahanan, kemampuannya berbahasa asing, serta kehadirannya dalam forum-forum internasional bersama pelaku usaha nasional memperlihatkan bahwa pemerintah Indonesia berkomitmen membangun ekosistem ekonomi yang inklusif dan kolaboratif.
 
Dukungan terhadap kepemimpinan Prabowo juga datang dari kalangan strategis dan akademisi. Pendiri sekaligus Wakil Ketua Dewan Pengawas Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jusuf Wanandi, menyampaikan pandangannya bahwa publik sebaiknya menilai kepemimpinan Prabowo secara obyektif berdasarkan pencapaian aktual serta tantangan ke depan.
 
Ia menyatakan bahwa ia masih percaya bahwa Prabowo merupakan pemimpin terbaik untuk membawa Indonesia menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks. Jusuf menjelaskan bahwa dirinya memberikan dukungan dalam pemilihan presiden terakhir karena menilai pendekatan strategis Prabowo terhadap pembangunan nasional sebagai pendekatan yang paling tepat.
 
Jusuf juga menyampaikan keyakinannya bahwa komitmen Prabowo terhadap rakyat dan masa depan bangsa bukanlah sekadar retorika. Ia menilai bahwa sosok Prabowo yang dikenal tegas justru menyimpan semangat kemanusiaan dan kepedulian tulus terhadap kesejahteraan rakyat Indonesia. Ia menegaskan bahwa dirinya mengenal Prabowo secara pribadi dan bisa menjamin kedalaman komitmen tersebut terhadap rakyat, bangsa, dan kemanusiaan secara menyeluruh.
 
Di samping menyoroti aspek kepemimpinan, Jusuf juga menilai bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini relatif stabil. Ia menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi masih berada di kisaran 5 persen dan defisit anggaran terkendali di bawah 3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah mengelola ekonomi nasional dengan hati-hati dan tanggap terhadap tantangan global.
 
Ia menjelaskan bahwa kebijakan fiskal yang dijalankan saat ini memberikan ruang gerak bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga. Menurutnya, langkah tersebut berpotensi mendorong peningkatan investasi dan konsumsi domestik. Namun demikian, ia tetap mengingatkan bahwa Indonesia perlu mencermati tantangan eksternal, termasuk dinamika kebijakan tarif dari Amerika Serikat yang dapat memengaruhi ekonomi global.
 
Lebih lanjut, Jusuf turut menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Presiden Prabowo sebagai program strategis yang apabila dijalankan dengan baik, dapat memberikan dampak luas terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa program ini memiliki potensi menciptakan multiplier effect, mulai dari penguatan sektor pertanian lokal hingga penciptaan pendapatan baru bagi masyarakat.
 
Menurutnya, dampak positif dari program tersebut akan dirasakan tidak hanya dalam jangka pendek melalui peningkatan konsumsi, tetapi juga dalam jangka panjang melalui perbaikan gizi anak-anak, penguatan SDM, dan pertumbuhan sektor usaha kecil. Meski demikian, ia juga menekankan bahwa agar program MBG benar-benar diterima dan dipahami oleh publik, pemerintah perlu memberikan penjelasan menyeluruh tentang mekanisme implementasi serta tata kelolanya.
 
Kepemimpinan Prabowo Subianto di awal masa pemerintahannya memberikan sinyal kuat bahwa Indonesia siap memasuki fase pertumbuhan ekonomi yang lebih tangguh dan inklusif. Apa yang disebut sebagai “Prabowo Effect” kini bukan hanya narasi optimistik, tetapi menjadi kenyataan yang dirasakan langsung oleh pelaku ekonomi, investor global, dan masyarakat luas.
 
Dengan kombinasi antara kepemimpinan strategis, diplomasi aktif, dan kebijakan yang menyentuh akar masalah, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi global dan justru memaksimalkan momentum pertumbuhan.
 
*) Pemerhati ekonomiOleh: Maskawi Syaifuddin *)
 
 
Pelemahan ekonomi global saat ini tengah menjadi perhatian banyak negara, termasuk Indonesia. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh dinamika geopolitik, fluktuasi harga komoditas, serta kebijakan moneter negara maju telah memicu perlambatan aktivitas ekonomi di berbagai sektor. Kondisi ini berdampak langsung pada dunia usaha, investasi, serta daya beli masyarakat. Dalam situasi seperti ini, diperlukan langkah-langkah mitigasi yang terukur agar dampaknya tidak semakin meluas. Pemerintah Indonesia, melalui berbagai kebijakan fiskal dan moneter, terus berupaya merespons tantangan tersebut dengan mengedepankan stabilitas ekonomi dan perlindungan terhadap kelompok rentan.
 
Mitigasi resesi sendiri merupakan langkah-langkah yang dirancang untuk meredam dampak buruk perlambatan ekonomi. Ketika aktivitas bisnis melambat, daya beli menurun, dan pengangguran meningkat, dibutuhkan strategi cepat dan terukur agar perekonomian tidak jatuh lebih dalam. Dalam konteks ini, pemerintah tidak sekadar menonton gejolak ekonomi global, melainkan bergerak dengan pendekatan yang berimbang: menjaga stabilitas makro sekaligus melindungi kelompok rentan.
 
Salah satu langkah nyata yang sudah dilakukan adalah dengan menjaga daya beli masyarakat melalui penguatan stimulus fiskal. Belanja pemerintah ditingkatkan secara tepat sasaran, termasuk dalam bentuk pemberian tunjangan hari raya, bantuan sosial, dan subsidi yang langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Langkah ini terbukti mampu mempertahankan konsumsi rumah tangga sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi nasional.
 
Selain itu, pemerintah juga mengupayakan stabilitas sektor keuangan. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan bahwa Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang relatif kuat untuk menghadapi ketidakpastian global. Kementerian Keuangan bersama Bank Indonesia dan otoritas terkait terus mengawasi perkembangan situasi, termasuk dinamika nilai tukar rupiah dan indeks harga saham, dengan mengedepankan koordinasi lintas sektor. Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyatakan bahwa pemerintah akan terus meningkatkan kewaspadaan serta mengambil tindakan preventif agar dampak eksternal tidak terlalu merusak fondasi ekonomi nasional.
 
Langkah lain yang tak kalah penting adalah keberlanjutan proyek-proyek strategis nasional. Dalam masa-masa ketidakpastian, pemerintah tidak menahan laju pembangunan. Justru proyek infrastruktur tetap dijalankan, sebagai upaya menciptakan efek berganda pada penyerapan tenaga kerja dan investasi. Aktivitas sektor konstruksi, baik oleh pemerintah maupun swasta, turut mendongkrak kepercayaan pelaku usaha dan menjaga momentum pertumbuhan.
 
Kebijakan fiskal dan moneter juga dikelola dengan cermat. Pemerintah bersama Bank Indonesia terus berupaya menciptakan ruang kebijakan yang adaptif terhadap gejolak global. Suku bunga, stabilitas nilai tukar, hingga insentif fiskal dipadukan untuk menciptakan kondisi ekonomi domestik yang kondusif. Selain itu, stimulus terhadap UMKM tetap menjadi perhatian utama agar sektor ini mampu bertahan dan bahkan tumbuh dalam situasi sulit.
 
Upaya menjaga stabilitas rupiah menjadi salah satu fokus utama. Melemahnya nilai tukar memang tidak bisa dilepaskan dari tekanan eksternal seperti kebijakan suku bunga di negara maju, khususnya Amerika Serikat. Namun, pemerintah tidak tinggal diam. Langkah konkret seperti memperkuat cadangan devisa, memperluas pasar ekspor ke kawasan ASEAN, BRICS, dan Eropa, serta mengintensifkan negosiasi perdagangan, dijalankan secara simultan untuk menjaga keseimbangan neraca transaksi berjalan.
 
Dari sisi investasi, pemerintah terus menciptakan iklim yang ramah dan atraktif. Meski situasi global menekan pasar saham dan aset lainnya, namun Indonesia tetap mencatatkan aktivitas investasi yang tumbuh, terutama pada sektor non-bangunan dan barang modal. Hal ini menunjukkan bahwa investor masih menaruh kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesia dalam jangka menengah dan panjang.
 
Perlu juga dicatat bahwa mitigasi resesi tidak cukup hanya di tataran kebijakan makro. Pemerintah mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut serta dalam proses pemulihan ekonomi. Individu dan rumah tangga dihimbau untuk memperkuat ketahanan finansial, meningkatkan literasi keuangan, serta mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Dalam konteks ini, negara hadir sebagai fasilitator yang menyediakan dukungan pendidikan, pelatihan, dan akses terhadap teknologi serta permodalan.
 
Respons positif juga datang dari lembaga legislatif. Ketua DPR RI, Puan Maharani menyampaikan bahwa pihaknya mendukung penuh langkah-langkah pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. DPR bahkan siap bekerja sama melalui fungsi pengawasan dan legislasi agar kebijakan pemerintah dapat dijalankan dengan optimal dan berpihak kepada rakyat. Keselarasan antara eksekutif dan legislatif ini menjadi kekuatan tersendiri dalam menghadapi tantangan yang ada.
 
Dalam menyikapi situasi yang penuh ketidakpastian, pemerintah Indonesia memilih untuk bertindak cepat, tepat, dan inklusif. Langkah mitigasi dijalankan tidak hanya untuk menyelamatkan angka-angka statistik, tetapi lebih penting dari itu, untuk menjamin keberlanjutan kesejahteraan rakyat. Resesi bukanlah akhir dari segalanya, dan dengan kerja bersama serta komitmen yang kokoh, Indonesia diyakini tidak hanya mampu melewati masa sulit ini, tetapi juga keluar lebih kuat dan tangguh di masa mendatang.
 
Ketika tekanan ekonomi global menghantam berbagai negara, termasuk Indonesia, perbedaan terletak pada kesiapan menghadapi dan menyiasatinya. Mitigasi terhadap pelemahan ekonomi bukan sekadar kebijakan, tetapi cerminan dari kepedulian negara terhadap stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam arus badai ekonomi dunia, pemerintah terus menjadi nahkoda yang sigap mengarahkan kapal bangsa agar tetap melaju dengan tenang dan selamat mencapai tujuan.
 
*) Pengamat Ekonomi dari Pancasila Madani Institute