Oleh: Juanda Syah)*

Peringatan Sumpah Pemuda menjadi momentum refleksi penting bagi bangsa Indonesia untuk memperkuat semangat persatuan dan mempertegas komitmen dalam membangun generasi penerus yang sehat, cerdas, dan berprestasi. Semangat tersebut kini diwujudkan melalui berbagai langkah nyata pemerintah dalam menyiapkan sumber daya manusia unggul. Salah satunya adalah pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang didukung oleh DPR RI bersama Badan Gizi Nasional (BGN). Program ini menjadi bentuk nyata dari upaya menciptakan generasi emas menuju Indonesia Emas 2045.

Program MBG tidak sekadar memberikan makanan gratis kepada masyarakat, tetapi memiliki tujuan strategis untuk memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang sejak dini. Dengan gizi yang baik, diharapkan generasi muda Indonesia tumbuh menjadi individu yang sehat secara fisik, kuat secara mental, serta mampu berprestasi di berbagai bidang.

Anggota Komisi VI DPR RI, M Sarmuji mengatakan program Makan Bergizi Gratis merupakan investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa. Menurutnya, keberhasilan pembangunan nasional tidak hanya diukur dari kemajuan infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga dari kualitas sumber daya manusianya. Melalui program MBG, DPR RI bersama BGN berupaya memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh sehat dan cerdas, tanpa terhalang oleh kondisi ekonomi keluarga.

Bagi M Sarmuji, pembangunan sumber daya manusia unggul harus dimulai dari pemenuhan kebutuhan gizi yang memadai. Anak-anak dengan nutrisi yang cukup akan memiliki kemampuan berpikir lebih baik, daya tahan tubuh yang kuat, dan semangat belajar tinggi. Dengan demikian, program MBG tidak hanya menyehatkan masyarakat, tetapi juga menjadi pondasi dalam mencetak generasi berprestasi yang mampu berkontribusi untuk kemajuan bangsa.

Program Makan Bergizi Gratis dirancang menyentuh kelompok sasaran yang luas, mulai dari peserta didik di jenjang PAUD hingga SMA/SMK, hingga kelompok non-didik seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Kelompok-kelompok ini dianggap sangat strategis dalam membentuk generasi masa depan yang berkualitas. Pemenuhan gizi sejak masa kehamilan hingga usia sekolah menjadi kunci utama untuk menciptakan generasi yang kuat, produktif, dan siap bersaing di tingkat global.

Selain berdampak positif bagi kesehatan, program MBG juga memiliki kontribusi besar terhadap sektor ekonomi. Pelaksanaan program ini membuka peluang usaha baru, khususnya di bidang pangan lokal. Para petani, nelayan, dan pelaku usaha mikro di berbagai daerah dapat berperan aktif dalam penyediaan bahan makanan bergizi. Dengan demikian, MBG tidak hanya menumbuhkan kesadaran gizi di masyarakat, tetapi juga memperkuat kemandirian pangan nasional serta menggerakkan roda ekonomi daerah.

Dari sisi teknis pelaksanaan, Tenaga Ahli Badan Gizi Nasional, Ade Tias Maulana mengatakan pihaknya berkomitmen memastikan program Makan Bergizi Gratis berjalan efektif, transparan, dan akuntabel. Untuk mendukung hal tersebut, BGN membangun arsitektur digital yang berfungsi mengontrol penggunaan anggaran dan proses distribusi program secara real time. Sistem digital ini memungkinkan setiap tahapan pelaksanaan MBG dapat dipantau dengan baik, mulai dari pengadaan bahan pangan, distribusi ke lapangan, hingga evaluasi manfaatnya bagi masyarakat.

Ade Tias Maulana menegaskan bahwa BGN menerapkan standar pelaksanaan yang ketat dalam program ini, baik dari sisi kecukupan kalori, keseimbangan nutrisi, maupun keamanan pangan. Setiap menu yang disediakan kepada penerima manfaat disusun berdasarkan kajian gizi sesuai usia dan kondisi fisiologis, sehingga manfaatnya benar-benar terasa secara langsung bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Langkah ini sekaligus menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjadikan gizi sebagai salah satu pilar utama pembangunan manusia.

Kolaborasi antara DPR RI dan BGN dalam pelaksanaan program MBG juga menunjukkan bentuk nyata sinergi lintas sektor yang saling memperkuat. DPR RI melalui fungsi legislasi dan pengawasan memastikan kebijakan ini mendapat dukungan regulasi dan pendanaan yang kuat. Sementara BGN berperan sebagai pelaksana teknis yang fokus memastikan program berjalan sesuai standar. Di sisi lain, masyarakat turut dilibatkan dalam pelaksanaan di lapangan, baik sebagai penerima manfaat maupun pelaku usaha dalam ekosistem pangan lokal.

Dalam konteks Sumpah Pemuda, pelaksanaan program MBG memiliki makna yang sangat relevan. Jika pada tahun 1928 para pemuda menyatakan tekad untuk bersatu demi kemerdekaan bangsa, kini semangat itu diterjemahkan melalui komitmen untuk membangun generasi muda yang sehat dan berprestasi. Program ini menjadi wujud nyata semangat kebangsaan dalam bentuk gotong royong modern di mana pemerintah dan masyarakat bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih baik bagi anak bangsa.

Keberhasilan MBG tentu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah daerah memperkuat koordinasi dengan BGN untuk memastikan distribusi makanan bergizi menjangkau seluruh wilayah, termasuk daerah terpencil. Dunia usaha juga diharapkan ikut berkontribusi dengan menyediakan bahan pangan lokal berkualitas, sementara lembaga pendidikan dapat berperan sebagai ruang edukasi bagi siswa dalam menanamkan kesadaran pentingnya gizi seimbang dan pola hidup sehat.

Program Makan Bergizi Gratis menjadi bukti konkret bahwa pembangunan bangsa tidak hanya ditopang oleh infrastruktur fisik, tetapi juga oleh kekuatan sumber daya manusia yang sehat dan produktif. Di tengah tantangan global seperti krisis pangan dan perubahan iklim, langkah ini menunjukkan bahwa negara hadir untuk memastikan setiap anak Indonesia memiliki hak yang sama untuk tumbuh sehat dan berprestasi.

Melalui semangat Sumpah Pemuda, program MBG menjadi simbol kebangkitan generasi baru Indonesia generasi yang tidak hanya kuat secara fisik, tetapi juga memiliki semangat juang, kecerdasan, dan daya saing tinggi. Dengan dukungan berkelanjutan dari seluruh elemen bangsa, program ini diharapkan mampu mencetak anak bangsa yang siap membawa Indonesia melangkah pasti menuju Indonesia Emas 2045..

)* Penulis adalah mahasiswa Jakarta tinggal di Bandung